September 09, 2004

Alternatif solusi penerapan teknologi informasi dalam lingkungan pemerintahan

Menimbang pemanfaatan teknologi SMS untuk mekanisme birokrasi dan aspirasi

Saat ini perkembangan teknologi informasi sebenarnya sudah jauh meninggalkan
teknis-teknis konvensional yang selama ini dilakukan bangsa Indonesia.
Terutama, kalangan birokrasi dan pemerintahan. Hambatan yang paling besar
adalah tingginya biaya yang harus dikeluarkan untuk keperluan penerapan
teknologi tersebut, disamping lemahnya kualitas sumber daya manusia sehingga
malas atau enggan menerapkan teknologi baru.

Hal ini memang tidak bisa dipaksakan, karena selain akan menghamburkan uang
rakyat, juga hasil yang didapatkan tidak akan sesuai dengan harapan. Atau
setidaknya masyarakat tidak bisa melihat ukuran yang jelas akan manfaat yang
bisa dihasilkan. Seperti contohnya adalah gagalnya penerapan e-goverment
system di
beberapa pemerintah kabupaten di Indonesia. Walaupun mungkin pihak
pemerintah mampu membangun sistem tersebut - dengan biaya miliaran - tapi
bisa dihitung dengan jari yang masih dipakai atau diupdate secara rutin.

Namun, sebenarnya tidak semua bidang teknologi informasi saat ini memerlukan
biaya yang besar kalau kita bisa jeli memilih dan menerapkannya untuk
keperluan pembangunan. Tentunya, harus pada lingkup yang tepat dan sesuai
dengan manfaat yang bisa didapatkan. Artinya, untuk keperluan sistem yang
besar, seperti remote sensing (penginderaan jauh), online public service,
aplikasi manajemen SDM, public accunting system, saat ini belum ada
teknologi yang murah.

SMS dan teknologi informasi

SMS (short message service) adalah sebuah teknologi yang lebih dikenal
sebagai layanan yang memungkinkan pesan dikirim antar telepon genggam
(handphone). Namun, dengan perkembangan teknologi informasi saat ini,
pemanfaatan maupun pengembangan fitur-fitur SMS sendiri menjadi sangat
beragam. Mulai dari keperluan kuis, promosi produk, iklan, voting, dan lain
sebagainya. Hal ini dapat terjadi karena data maupun proses pengolanan sms
telah dapat diintegrasikan dengan komputer maupun internet, sehingga dapat
diprogram untuk berbagai keperluan.

Dan yang perlu diperhatikan bahwa investasi untuk menerapkan teknologi ini
tidaklah terlalu mahal, karena memang ruang lingkup sistemnya yang cukup
kecil dan sebagian besar dapat dibangun dengan sofware opensource (gratis).
Dibandingkan dengan penerapan teknologi internet, penggunaan aplikasi sms
ini diharapkan akan lebih dapat lebih mudah diimplementasikan. Karena selain
pertimbangan biaya investasi, pengguna handphone saat ini lebih berkembang
di masyarakat daripada internet.

Dalam tulisan ini, kami ingin memberikan alternatif sebuah sistem bagaimana
kita bisa memanfaatkan (aplikasi) SMS untuk mendukung mekanisme birokrasi
maupun aspirasi dalam pemerintahan.

Model Penerapan aplikasi SMS di lingkungan pemerintah

Birokrasi adalah sebuah sistem yang mengatur alur instruksi dan kebijakan
dalam sebuah struktur manajemen. Dalam sebuah sistem birokrasi, ketepatan
dan kejelasan informasi menjadi peran yang cukup penting. Karena akan
berpengaruh sekali terhadap kualitas tindakan yang akan dilakukan pasca
keluarnya instruksi tersebut.

Salah satu fitur aplikasi SMS adalah kemampuannya yang dapat mengirim
puluhan bahkan ratusan sms per sekali kirim. Hal ini karena dilakukan oleh
aplikasi komputer dengan modem khusus sms, bukan oleh handphone. Metode ini
akan sangat membantu dalam mengingatkan para pejabat atau staff ketika akan
melakukan koordinasi, atau mengingatkan jadwal rapat. Dibanding dengan
menelepon satu per satu, maka metode ini akat sangat menghemat waktu, biaya
dan tenaga administrasi.

Fungsi kedua adalah dapat mengirimkan berita penting ke para pejabat atau
pegawai dengan satu kali klik. Jika berita itu banyak, maka dapat diisi
dengan pemberitahuan saja untuk membaca lebih lanjut beritanya di media
lain, misalnya papan pengumuman.

Selain kemampuan mengirimkan banyak SMS, aplikasi ini dapat dilengkapi
dengan fungsi tracking, sehingga SMS yang dikeluarkan atau diterima dapat
disimpan dalam sebuah database. Sehingga, pihak manajemen dapat memantau
perkembangan informasi yang telah tersebar.

Selain birokrasi, bagi para wakil rakyat, pejabat pemerintah maupun parpol
dapat menggunakan aplikasi SMS untuk keperluan manajemen aspirasi. Dengan
kemampuan mengirim dan atau menerima banyak SMS sekaligus, teknologi SMS
memungkinkan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk dapat
diikutsertakan dalam mengatur daerahnya.

Sebagai contoh, ketika pihak pemerintah mengeluarkan sebuah kebijakan,
mereka dapat mengirimkan beritanya ke beberapa tokoh masyarakat melalui SMS.
Setelah itu, masyarakat dapat mengirim umpan balik kepada pemerintah melalui
server sms mereka. Dengan sistem pengolahan database, aplikasi akan dapat
menggolongkan pengirim SMS, sehingga dapat dianalisis pesan mana yang mesti
dipertimbangkan atau tidak. Sistem juga dapat mendata nama pengirim,
sehingga hanya yang terdaftar saja yang akan disimpan di database, dan yang
akan dikirim berita. Hal ini menghindari adanya pengirim yang tidak
bertanggung jawab, juga pengiriman sms akan lebih efektif jika hanya tokoh2
masyarakat saja yang dikirim.

Selain menarik gairah aspirasi masyarakat, sistem seperti ini dapat juga
digunakan untuk fungsi sosialisasi terhadap program pemerintah atau DPRD.
Sehingga masyarakat secara cepat dapat mengetahui perkembangan daerahnya.
Tidak hanya diketahui oleh kalangan DPRD atau pejabat pemerintahan.

Manfaat dan keuntungan aplikasi SMS

Secara umum, penggunaan sistem aplikasi SMS sebenarnya akan lebih dapat
dirasakan manfaatnya oleh masyarakat dibanding dengan penggunaan teknologi
internet untuk keperluan yang sama. Mungkin karena harganya yang tidak
terlalu mahal dan kemudahan operasionalnya. Walau masih memiliki kelemahan,
misalnya terbatasnya karakter yang bisa dikirimkan, tapi metode ini saya
kira akan lebih dapat diterima masyarakat dibanding dengan pengembangan
informasi via internet.

Agar setidaknya, penerapan IT di lingkungan pemerintah saat ini tidak
sekedar mengikuti tren-tren yang ada (misalnya internet) namun

Pengembangan Sistem Informasi Kinerja

Tinjauan teknis dari segi teknologi informasi

Artikel ini ditulis atas tanggapan tulisan Bpk Alisyahbana di media GAPURA Surabaya – milik pemkot Surabaya – yang berjudul “Membangun Sistem Pengukuran Kinerja?”. Artikel ini ingin memberikan sedikit jawaban seberapa besar kemungkinan Sistem Informasi Kinerja tersebut bisa diterapkan di lingkungan pemerintah.

Sistem informasi pengukuran kinerja dalam bidang IT sering diistilahkan atau disebut sebagai Fast Tracking System, yang berarti sistem penelusuran yang cepat. Artinya, dapat melakukan penelusuran terhadap data kinerja dalam sebuah struktur manajemen (pemerintahan) secara cepat dan akurat.

Pada prinsipnya, pembangunan sistem informasi Fast Tracking ini tidak sesulit dan semahal sistem informasi lain seperti keuangan, kepegawaian, atau sistem informasi pembangunan. Karena, selain disusun dengan sistem atau metode yang cukup sederhana, sistem ini sebenarnya bisa dibangun dengan seperangkat software opensource yang berlisensi GPL (gratis). Sehingga dapat menghemat biaya pengembagannya.

Gambaran singkat Fast Tracking System

Proses inti sistem Fast Tracking adalah menyimpan perintah atau kebijakan secara kontinu dan menyertakan sifat perintah serta status perintah dari mulai di dikeluarkan sampai dengan ditutupnya pekerjaan tersebut (pertanda selesai). Sifat atau atribut pekerjaan adalah seperti : target waktu, kualitas perintah (urgen, biasa), ukuran sukses, pelaksana, penanggung jawab perintah dan lain-lain. Sedangkan status seperti : apakah sudah diterima oleh pelaksana, dimengerti apa belum, perlu direvisi atau tidak, terlaksana dengan ukuran seberapa sukses, dan seterusnya. Sifat dan status perintah ini sangat kompleks dan tergantung kepada sistem manajemen yang diterapkan. Oleh karena itu memang diperlukan standar kebijakan untuk mencapai hasil yang diharapkan.

Setiap perintah akan disimpan dalam database, sehingga pihak atasan atau bawahan tidak akan mengalami miss understanding dengan keadaan misalnya, belum menerima perintah, tidak jelas perintahnya, atau tidak tahu perintahnya, sehingga menyalahkan satu sama lain. Karena semua status akan dicatatkan juga di database, apakah perintah tersebut sudah dibaca, apakah ada masalah yang menghambat, bahkan apakah perlu direvisi atau tidak perintah tersebut, sehingga bisa dilaksanakan oleh bawahan. Sebelum status perintah tersebut adalah ditutup (closed), semua yang berkenaan dengan pekerjaan tersebut masih bisa diperdebatkan. Jika statusnya sudah closed, dengan kesepakatan bersama, maka semua pihak baik atasan maupun bawahan harus berlapang dada untuk tidak lagi membahasnya. Dan bisa berkonsentrasi untuk menjalankan aktivitas /masalah lainnya.

Dengan menyimpan history tiap-tiap perintah di database, pihak manajemen dapat lebih leluasa untuk memantau atau menganalisa kinerja pegawainya, tanpa harus bertanya langsung dengan mereka. Sehingga dapat membantu mempermudah pengambilan keputusan manajemen. Hal ini tentu bermanfaat untuk kondisi dengan banyaknya masalah, departemen, dinas atau pegawai yang ada di instansi-instansi pemerintah atau perusahaan besar.

Proses analisa kinerja ini dapat dibentuk dengan merancang menu-menu laporan yang otomatis dapat mengenerate (membentuk) laporan sesuai dengan jenis kebutuhan analisisnya. Sehingga tidak harus memelototi data kinerja satu per satu. Misalnya status history pekerjaan tertentu, hasil kinerja karyawan tertentu, status pekerjaan yang terlambat, dan lain sebagainya.

Otorisasi User

Sistem Fast tracking dapat disusun dengan beberapa tahapan user yang memiliki hak akses tertentu. Hal ini diperlukan untuk mengatur kemanan data. Sehingga hanya pihak-pihak tertentu saja yang dapat mengubah perintah, atau menghapusnya. Ada pihak yang bisa kirim pertanyaan, atau sekedar lihat data pekerjaan. Ada satu pihak administrator yang memiliki hak istimewa untuk mengatur sistem data.

Fast Tracking dan Email/SMS Notification

Seringkali pihak pegawai tidak membuka aplikasi jika tanpa pemberitahuan, sehingga dikhawatirkan tidak membaca pekerjaan atau berita terbaru. Untuk itu, aplikasi ini dapat dilengkapi dengan fitur Email atau SMS Notification (pemberitahuan), dimana jika ada berita baru, aplikasi otomatis akan mengirim email atau SMS ke pihak yang dimaksud. Sehingga tidak akan khawatir ketinggalan informasi.

Infrastruktur

Pengembangan sistem informasi Fast Tracking dapat dikembangkan dengan berbagai platform, bisa web maupun dekstop (aplikasi stand alone). Namun, untuk kemudahan pengembangan, pemeliharaan maupun penghematan cost memang lebih baik dikembangkan via web. Karena lebih banyak didukung berbagai vendor/software opensource seperti php, java, freepascal, mysql, pgsql, dan lain-lain.

Aplikasi web dapat diterima berbagai sistem operasi seperti Windows maupun Linux. Dapat dibuka dengan mudah dengan Opera, Internet Explorer, Mozilla, dan aplikasi browser lainnya. Mudah pula dipasang di localhost (single PC) maupun jaringan komputer untuk pemakaian bersama.

Hambatan atau masalah yang perlu diperhatikan

Sistem ini tentu tidak berdiri sendiri, artinya tidak semua penjelasan masalah bisa ditampung di sistem/komputer. Sudah sewajarnya ada dokumen atau perihal lain yang menyertai sebagai pelengkap informasi. Misalnya : pertemuan, surat keterangan, memo, proposal dan lain sebagainya. Namun, keberadaan hal-hal tersebut tentunya juga berkaitan dan tercatat dalam sistem Fast Tracking, sehingga masih ada kesinambungan.

Bahwa proses ini dapat berjalan dengan baik, tentu harapan semua pihak. Namun, yang diperlukan adalah adanya kebutuhan dalam menggunakan sistem. Sehingga betul-betul dijadikan media untuk mendukung proses perbaikan kinerja, tidak malah dianggap sebagai penghambat pekerjaan. Anggapan bahwa sistem baru adalah penghambat seringkali terjadi pada mereka yang enggan belajar.


Membangun Attitude

Metode sederhana membentuk masyarakat profesional

Definisi Attitude

Attitude, dalam bahasa Inggris berarti tingkah laku. Attitude lebih banyak dimaknai sebagai sifat atau karakter profesionalisme dalam mengemban tugas atau kewajiban. Lain dengan implementasi yang diajarkan oleh lembaga pendidikan kepribadian yang sering menonjolkan sikap berperilaku atau norma yang normatif dalam bergaul, attitude lebih menekankan ke dalam jiwa atau hati nurani dalam menjalankan segala perilaku yang berhubungan dengan tugas tersebut.

Attitude erat sekali hubungannya dengan status atau profesi. Seseorang yang bersikap sopan santun, belum tentu memiliki attitude bagus jika prestasi kerjanya buruk. Sebaliknya, seseorang yang memiliki atttitude tinggi, belum tentu juga memiliki sikap yang santun. Sikap attitude lebih tampak dalam sikap mempertanggungjawabkan atau menjunjung tinggi nilai-nilai profesionalisme. Orang yang memiliki attitude tinggi sangat memperhatikan tindakan-tindakan untuk menjaga tanggung jawab profesinya, tidak saja dengan cara yang benar, tapi juga niat yang benar. Selain itu senantiasa bekerja dan berkarya dengan hati nurani, dengan kecintaan yang tinggi pada profesinya, serta tanggung jawab yang besar akan hasil dan pengaruhnya kepada masyarakat.

Rendahnya kualitas attitude akan menyebabkan rendah pula kualitas kinerja dan prestasi. Sehingga menjadikan hasil pekerjaan menjadi tidak optimal.

Pentingnya Attitude

Mengapa kita membutuhkan masyarakat profesional? Dan apa hubungannya dengan attitude.

Kita menyadari bahwa untuk membangun sebuah bangsa yang beradab dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Apakah berkwalitas?


Selama ini masih sering dijumpai banyak kasus rendahnya kinerja sebuah lembaga yang menyebabkan kebangkrutan, atau skandal-skandal penyalahgunaan jabatan sehingga menghancurkan . Bahkan tidak jarang, attitude yang dibawa tidak selaras bahkan bertolak belakang dengan profesi yang disandangnya.

Kasus-kasus KKN atau berbagai penyimpangan yang terjadi di masyarakat, adalah sebuah contoh jelas akan rendahnya kualitas attitude sumber daya manusia kita. Dan, jika ditengok secara lebih teliti, rendahnya attitude ini tidak saja terjadi dalam bidang pemerintahan dan bisnis, bidang pendidikan, yang memegang peranan penting dalam mengembangkan dan menjaga attitude generasi bangsa, juga tidak terhindar dari “penyakit” ini. Demikian juga pada bidang-bidang lainnya, yang tidak bisa dijelaskan semuanya disini.

Umumnya, dan yang paling banyak terjadi, penyimpangan-penyimpangan yang disebabkan oleh rendahnya attitude ini disebabkan oleh materi (sesuatu yang tampak). Sehingga hampir semua bidang profesi di masyarakat memiliki ukuran kesuksesan yang identik, yaitu seberapa besar materi yang berhasil dikumpulkan, atau seberapa tinggi kedudukan yang berhasil diraih.

Sehingga terjadilah ketidakseimbangan ekosistem sosial ekonomi dalam kehidupan. Karena beragam profesi memiliki tujuan yang sama. Akhirnya, peran-peran yang mestinya berada pada batasan tertentu, kini tak beraturan lagi. Yang akhirnya, tugas yang sebenarnya menjadi tidak optimal dan menjadi instan, jauh dari yang diharapkan.

Ada beberapa contoh kasus, dan hal ini saya yakin banyak ditemukan di masyarakat, dimana logika-logika yang telah berkembang sungguh diluar kamus. Gara-gara rendah attitude. Wajarnya, ketika ditawari produk seseorang akan menawar dengan harga terendah. Ini sebaliknya, mereka ingin membeli dengan harga yang lebih tinggi. Sehingga, pernah suatu ketika ketika seseorang memberi saya anggaran 10 juta untuk beli komputer, ya, saya belikan tiga biji. Ternyata, mereka menginginkan dua.

Ada banyak lagi seperti, kalau proyeknya tidak mahal malah tidak disetujui. Mencari pekerjaan bukan karena keahlian, yang terpenting adalah koneksi. Menjadi pengacara, bukan karena berkesempatan membela kebenaran, tapi lebih cepat meraih sukses (kaya). Dan ini saya yakin sudah terbiasa di telinga kita, juga orang tua kita barangkali.

Tulisan ini tidak bertujuan untuk mengulas seberapa jauh penyimpangan-penyimpanan tersebut telah terjadi di masyarakat. Beberapa kasus di atas adalah sekedar contoh kasus bahwa rendahnya attitude, dapat merusak sistem kewajaran hidup bermasyarakat. Yang semula masuk akal menjadi aneh, dan yang semula nista menjadi wajar-wajar saja.

Walaupun logika-logika di atas sepertinya sudah membiasa, tapi sebenarnya merupakan kondisi yang sangat tidak wajar, itu jika kita ingin negara kita maju. Karena keadaan ini menciptakan pula struktur dan strata masyarakat yang tidak pada tempatnya.

Seperti contoh, orang yang kaya memang sewajarnya adalah pengusaha, sehingga kekayaannya bisa digunakan untuk menciptakan lapangan pekerjaan atau investasi mengembangkan potensi sumber daya alam Indonesia. Tapi yang terjadi, kekayaan ternyata banyak terkumpul juga di pejabat atau pengacara. Akhirnya larinya paling banyak ya beli mobil mewah atau rumah megah. Karena memang tidak ada kemampuan di bidang bisnis. Akhirnya tercipta orang-orang kaya yang tidak bisa mengkayakan orang lain.

Bahkan paradigma kesuksesan yang telah berkembang di masyarakat (juga pendidikan) adalah bagaimana bisa mencapai kedudukan dan materi di puncak. Contoh kecilnya adalah mendapatkan juara (rangking) pertama. Tapi sangat tidak mungkin karena yang bisa mencapai hanya bagi mereka yang cerdas, dan tidak mungkin semua siswa bisa berkesempatan memperolehnya.

Itu semua sebenarnya tidak pada tempatnya. Segala hal yang tidak memiliki keadilan bagi semua pihak untuk berprestasi adalah ketidakwajaran. Seorang gubernur boleh diberikan piala karena kepemimpinannya, tapi tukang koran juga boleh jika dia berhasil melayani pembaca di pagi hari. Yang cerdas boleh mendapat penghargaan karena prestasinya, tapi yang kurang mampu juga butuh perhatian jika memiliki semangat tinggi. Seorang pengusaha boleh terhormat karena bisa mengentas kemiskinan, tapi si pemulung sekali waktu juga perlu dihormati karena mengurangi limbah sampah.

Jika segala posisi di masyarakat kita hargai sebagai suatu peran yang memang mutlak dibutuhkan, tentu kita tidak berbondong-bondong ingin menjadi orang kaya semua. Dan itu semua harus dibangun dengan attitude. Karena attitude bisa dimiliki dan diraih oleh semua orang, tidak pandang status sosial dan ekonomi. Jika prestasi seseorang dinilai dengan seberapa besar attitudenya, maka saya yakin tidak saja bangsa Indonesia akan cepat keluar dari krisis, tapi juga dapat melesat jauh melebihi negara-negara berkembang lainnya.

Attitude pemimpin adalah menjaga dan mencintai rakyat. Attitude pengusaha dan ekonom adalah menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Attitude pendidik adalah menciptakan generasi berkualitas. Attitude teknolog(krat) adalah menciptakan teknologi yang bermanfaat. Attitude pelajar adalah menemukan potensi diri dan menyaring ilmu pengetahuan seoptimal mungkin (bukan harus menjadi ranking). Attitude pejabat adalah mengemban amanah rakyat sebaik-baiknya. Dan attitude karyawan adalah bekerja sebaik mungkin untuk pengembangan perusahaannya.

Jika kombinasi attittude ini digabung, Insya Allah akan menciptakan prestasi komulatif yang luar biasa. Saya yakin 1000%.

Tidak perlu melakukan hal-hal aneh yang bisa mengurangi attitude, seperti cari penghasilan tambahan yang tidak semestinya. Sekilas memang seperti menguntungkan, tapi secara komulatif dan jangka panjang akan sangat merugikan. Percayalah.

Menciptakan Mekanisme Internal (Tanggung Renteng)

Menciptakan Mekanisme Internal (Tanggung Renteng)
Alternatif solusi dalam mengatur kesemrawutan pasar Keputran
(menjadi salah satu dari 10 tulisan terbaik Jawa Pos)


Ide dasar dari konsep ini adalah menciptakan aturan yang harus ditegakkan sendiri oleh komunitas dalam sistem. Sistem ini telah nyata berhasil diterapkan di Koperasi Bhakti Wanita Surabaya.

Metode yang diterapkan adalah dibentuknya kelompok-kelompok anggota yang terdiri dari 30 (minimal) s.d 40 orang (maksimal). Kelompok ini berada atau dibentuk berdasarkan kawasan domisili anggota. Mereka dipimpin oleh salah satu dari mereka sendiri yang disebut dengan LPJ.

Masing-masing kelompok dapat bebas melakukan kegiatan apapun untuk meningkatkan kualitas sumber daya anggota. Untuk urusan koperasi induk, mereka membawa nama kelompok dengan sistem “tanggung renteng”. Jadi, seluruh kegiatan simpan pinjam yang dilakukan harus atas rekomendasi seluruh kelompok tersebut dengan keputusan akhir pimpinan kelompok. Jika terjadi penyelewengan anggota, maka seluruh kelompok tersebut harus bertanggung jawab (melunasinya).

Sistem tanggung renteng ini menurut saya juga bisa diterapkan di Pasar Keputran. Dengan syarat bahwa seluruh pedagang yang berada di pasar dapat diberikan status keanggotaan. Untuk segala keperluan mereka, seperti penyediaan lahan, stan, pembuangan sampah (kebersihan), kelancaran dan kemudahan berdagang, dan lain sebagainya harus menjadi tanggung jawab mereka sendiri. Pihak pemerintah hanya sebagai fasilitator dan pembimbing saja untuk keperluan tersebut.

Pengelompokan

Untuk sistem kelompok, mereka bisa digolongkan berdasarkan barang yang mereka jual. Misalnya kelompok penjual cabe, sayur, kacang panjang, tomat, campuran, palawija dan lain sebagainya. Salah satu harus dapat menjadi ketua untuk mengatur koordinasi dan iuran-iuran yang dilakukan.

Kelompok pedagang ini harus ditempatkan dalam sebuah lokasi yang sama (misalnya dalam pasar pojok timur utara), sehingga jika ada pembeli yang datang, mereka tidak dapat membeli di tempat lain. Sehingga seluruh stan pasar akan dapat berfungsi dengan baik.

Segala urusan yang berhubungan dengan komoditas yang mereka jual harus atas rekomendasi dari kelompok tersebut. Hal ini menghindari munculnya pedagang-pedagang baru yang bisa saja terus bermunculan – di pinggir jalan – yang dapat mengakibatkan matinya pedagang lama. Termasuk tempat mereka berjualan harus seijin kelompok tersebut (pedagang lama).

Kebersihan

Untuk keperluan kebersihan, masing-masing harus bertanggung jawab terhadap sampah yang mereka hasilkan sendiri. Jika kelompok tersebut dapat meminimalisasi sampah yang ditimbulkan (misal dengan membawa pulang sampah), mereka dapat mengurangi biaya iuran. Hal ini, selain akan mengurangi beban pemkot dalam mengurusi masalah sampah, para pedagang juga akan dihemat pengeluarannya.


Stabilisasi Harga

Dengan dibentuk kelompok seperti ini, stabilisasi harga juga bisa dijaga. Karena masing-masing tidak akan membanting atau menaikkan harga seenaknya sendiri, kecuali atas kesepakatan kelompok.

Pembinaan

Agar masing-masing kelompok tidak membuat aturan seenaknya. Tetap harus dilakukan pembinaan oleh pihak terkait, seperti polisi dan pemerintah. Sehingga tidak akan mendzolimi pedagang lain atau pedagang baru yang juga ingin berjualan.

Pertemuan

Karena keterbatasan waktu, pertemuan antar anggota kelompok bisa dilakukan seminggu sekali atau sebulan sekali, tergantung kebutuhan. Untuk memecahkan masalah-masalah mereka sendiri. Sesekali pimpinan antar kelompok harus dilakukan dengan melibatkan pemkot dan kepolisian untuk menjaga pasar bersama-sama.

Konsep SIM dalam perspektif teknologi

Konsep SIM dalam perspektif IT MODERN teknologi informasi


Sistem Informasi Manajemen dalam perspektif IT adalah sebuah sistem yang memerlukan infratruktur yang dapat menjamin sirkulasi, storage, konsistensi, replikasi, dan tampilan (interface) informasi dalam ruang lingkup manajemen akan berjalan dengan baik. Sehingga dapat mendorong kinerja lembaga atau perusahaan.

Sirkulasi/Distribusi

Sirkulasi atau distribusi terkait erat dengan sistem multiuser. Dimana, satu informasi dapat dipergunakan atau diupdate oleh lebih dari satu orang sekaligu dan secara (hampir) bersamaan. Untuk itulah dikembangkan model jaringan.

Jaringan dapat dikelompokkan dalam kategori internet atau intranet. Internet bila, distribusi datanya bisa dinikmati oleh kalangan tak terbatas (seluruh dunia). Sedangkan intranet untuk kalangan terbatas (local area network/ LAN).

Berbagai perangkat infrastruktur (hardware and software) telah diciptakan untuk mendukung sistem distribusi berbasis jaringan ini. Seperti SMS, Wireless Network, Fixed Network dan lain-sebagainya. Sehingga konsep jaringan (baik internet maupun intranet) tidak lagi dibatasi oleh dinding dan kabel. Misalnya, kirim atau update database dengan SMS.

Selain itu diciptakan pula sistem database yang tidak lagi berbasis cliend side (PC) seperti Foxpro, Microsoft Access, atau DBASE, tapi berbasis server yang mendukung penuh proses distribusi data seperti Microsoft SQL Server, Oracle, Mysql, PostgreSQL, dan lain-lain. Yang memungkinkan sirkulasi data tetap sesuai yang diharapkan, tapi dengan traffict yang kecil, sehingga tidak membebani jaringan.
Juga diciptakan aplikasi, protokol atau bahasa pendukung berbasis distribusi, misalnya HTML, Java, PHP, ASP dan lain sebagainya.

Inti dari semua komponen distribusi ini adalah bagaimana menampilkan informasi, tapi dengan paket data yang kecil. Sehingga walaupun dipergunakan orang banyak, data yang dikirimkan melalui jaringan tersebut tidak besar. Yaitu dengan mengirimkan data yang diminta saja (Object Oriented Purpose), bukan seluruh file.


Konsistensi

Selain aspek distribusi, konsistensi data merupakan aspek penting untuk keakuratan data yang dipergunakan oleh Sistem Informasi Manajemen. Sistem konsistensi ini biasanya difokuskan pada kekuatan sistem Database Server. Karena antara database satu dan lainnya memiliki perbedaan tingkat konsistensi.

Untuk sistem DB yang memiliki tingkat konsistensi rendah, biasanya harus ditangani oleh bahasa pemrogramannya. Agar data yang ditampilkan sesuai dengan transaksi yang terjadi.
Database server yang dikenal memiliki tingkat konsistensi tinggi adalah Oracle dan Micrososft SQL Server. Kemudian disusul oleh PostgreSQL dan Mysql. Banyak sistem DB lain yang tidak bisa dibahas semua disini. Semakin tinggi tingkat konsistensi, biasanya semakin tinggi pula tingkat kesulitan administrasi, installasi maupun spesifikasi server yang dibutuhkan. Sedangkan semakin rendah konsistensi, semakin rendah atau mudah pula administrasi maupun installasinya. Sebagai contoh mysql adalah db yang paling sering digunakan untuk website, karena mudah diinstal dan gratis. Tapi paling sedikit pula fiturnya.

Storage (penyimpan data)

Storage adalah hal cukup penting untuk sebuah sistem. Tapi sampai saat ini, masalah storage (penyimpanan data) dari segi space (ruang) tidak ada masalah. Karena hardisk-hardisk yang tersedia di pasaran sangat besar.
Yang perlu diketahui adalah, dalam sebuah jaringan komputer, di komputer manakah data harus disimpan??

Dalam sistem distribusi jaringan, penyimpanan data bisa dilakukan di manasaja (salah satu komputer) atau bahkan disimpan lebih dari satu tempat. Hal ini menghindari adanya kerusakan di salah satu komputer, sehingga datanya masih bisa diselamatkan di tempat lain. Untuk keperluan ini diperlukan proses replikasi data yang akan diterangkan di bawah.


Backup/Replication

Backup atau replikasi data diperlukan untuk menjaga agar jika salah satu rusak, masih ada data yang lain yang memiliki (hampir) kesamaan data. Proses replikasi ini bisa dilakukan dalam satu komputer (2 atau lebih data dalam hardisk yang sama, atau berbeda hardisk dalam komputer yang sama) , atau komputer yang berbeda.

Proses replikasi sendiri bisa ditangani oleh Sistem Database (otomatis) atau Menggunakan media aplikasi (manual). Dan tidak semua sistem database memiliki kemampuan replikasi ini.

Penyampaian/Interface

Aspek terakhir dalam sebuah SIM adalah bagaimana merancang sistem yang dapat menampilkan data sehingga bisa dipahami oleh pengguna dengan mudah. Sesuai dengan bidang yang menjadi tanggung jawabnya. Disinilah diperlukan aplikasi interface, yang akan mengolah data yang tersimpan dalam server, dan ditampilkan sesuai dengan kebutuhan SIM.

Misalnya data transaksi keuangan, tentu akan rumit jika harus ditampilkan apa adanya. Harus dikelompokkan menjadi format tertentu, sehingga mudah dipahami oleh yang berwenang. Konsep ini sering disebut DSS (Decision Support System) dimana, keberadaan data yang tersedia bisa diolah sedemikian rupa, sehingga dapat mendukung keputusan manajemen.

Selain aspek fungsi, juga perlu diperhatikan aspek seni. Tampilan yang bagus akan berpengaruh terhadap kenyamanan menggunakan sistem informasi tersebut.

Konsep Pengembangan Digital School / Digital Campus

Konsep Pengembangan Smart-School
By : Seger Hasani S.Kom (081.330.453630)

Pendahuluan

Saat ini perkembangan teknologi informasi telah banyak mendukung kemajuan bidang pendidikan. Banyak kesulitan atau masalah yang dapat dipermudah atau diatasi dengan peran teknologi informasi. Seperti penyimpanan data, pengolah kata, pengolah data (spread sheet), keaungan, manajemen informasi, dan lain sebagainya.

Namun, dengan keberadaan teknologi ini pula, tidak sedikit pula kerugian yang dialami institusi-institusi termasuk pendidikan yang disebabkan tidak berimbangnya cost yang dikeluarkan dengan benefit yang dihasilkan. Seperti penyediaan infrastruktur teknologi informasi – komputer, internet, jaringan, multimedia, website dan lain sebagainya – yang bernilai ratusan juta, tapi hasil yang diperoleh tidak memuaskan. Juga banyaknya perangkat yang ‘idle’ dikarenakan adanya ketidaksiapan sumber daya yang tersedia, sehingga tidak bisa mengoptimalkan resource yang ada.

Oleh karena itu, diperlukan langkah kebijakan yang tepat, yang dapat menyeimbangkan infrastruktur yang ada dengan kemampuan sumber daya pelaksananya. Sehingga adanya infrastruktur tersebut, akan betul-betul dapat optimal dipergunakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang ada.

Di bawah ini, kami mencoba memberikan gambaran beberpa alternatif sistem informasi yang bisa diterapkan di bidang pendidikan. Sistem sekolah ideal kami sebut disini sebagai smart-school, sebagai sekolah yang memiliki tingkat kualitas yang tidak perlu diragukan (bidang teknologi informasinya).

Pengembangan Website

Memiliki sebuah website dalam era sekarang ini, mungkin bukan sesuatu yang istimewa lagi. Namun, memang masih sulit menyediakan informasi yang betul-betul bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat maupun siswa sendiri. Bagaimana keberadaan website tersebut dapat secara optimal bisa dimanfaatkan oleh kalangan pendidikan, ada beberapa fitur yang bisa dijadikan alternatif untuk dibangun di dalamnya.

Fitur

Di bawah ini, diberikan beberapa fitur baru yang bisa ditambahkan di sebuah website, yang mungkin sudah umum atau bisa dianggap baru, antara lain :
 Forum Siswa (ini percakapan antar pengguna website)
 PHPWiki (seperti buku online, setiap user dapat mengedit halaman2nya)
 Data profil guru, siswa & sekolah
 Data kegiatan sekolah
 Data akademis (data nilai siswa – harus login)
 Lomba/Kontes Online (untuk menarik minat siswa mengunjungi website)
 Pengalamanku (untuk cerita-cerita antar siswa )
 Opini Siswa (menjaring pendapat siswa)

Maintenance

Selain itu, agar isi website betul-betul dinamis dan up to date, harus dipertimbangkan juga metode pemeliharaannya. Sehingga proses pemeliharaaannya pun, tidak rumit atau sulit, sehingga tidak memberatkan pihak webmaster. Beberapa alternatif yang bisa ditempuh, antara lain :

 Membuat template dinamis (Content Management System), dimana tampilan halaman dapat diubah setiap saat, tanpa harus mengubah programming.
 Peran database. Beberapa isi halaman yang sering diubah, seperti berita, opini, kegiatan, dan lain-lain, sedapat mungkin diperoleh dari database.

Desain

Desain yang bagus sebenarnya tidak harus indah. Artinya, keindahan sebenarnya hanya akan sekali dinikmati oleh pengunjung, yaitu ketika pertama kali berkunjung. Selanjutnya, dia akan menilai faktor komunikatiftidaknya, sehingga dia akan berkunjung kembali atau tidak ke website tersebut.

Untuk membuat desain web hingga komunikatif, tidak terlalu sulit. Misalnya, pengaturan menu yang teratur (konsisten), pewarnaan yang normal (tidak terlalu monoton atau terlalu ramai), huruf yang jelas dibaca, dan lain-lain.

e-learning tools

Untuk mengoptimalkan sumberdaya teknologi informasi, sebenarnya akan sangat bermanfaat lagi jika dapat digunakan untuk pengembangan e-learning (belajar secara elektronik). Dimana website, atau komputer tidak sekedar untuk belajar komputer itu sendiri, tapi juga menunjang mata pelajaran lainnya. Sehingga siswa betul-betul aktif sebagai user, tidak sekedar penikmat saja.

Contoh kasus di atas adalah adanya fitur PHPWiki (http://www.phpwiki.org) yang bisa digunakan untuk latihan membuat dokumen secara online dan realtime. Kemudian pembuatan kuis, ujian, atau lomba online juga akan meningkatkan penghematan terhadap kertas selain juga meningkatkan gairah siswa dalam menggunakan resource teknologi informasi.

Studi kasus yang lebih baik lagi adalah jika mampu diciptakan sebuah fitur yang berisikan aplikasi-aplikasi online maupun offline untuk menunjang sistem pembelajaran mata pelajaran umum. Seperti biologi, fisika, atau matematika. Sistem ini bukan seperti buku yang ditransfer ke media elektronik, tapi merupakan media interaktif – seperti animasi komputer – sehingga siswa tidak saja melihat hasil prosesnya, tapi juga melihat peragaan sebeanarnya. Sehingga mereka akan lebih mudah memahami teori yang ada. Seperti contoh :



Gambar animasi Hukum Archimides.
Siswa dapat memberi beban di atasnya sampai kapal tersebut bisa tenggelam.

m-shoool communication

m-school adalah sebuah teknologi yang terdiri dari sebuah perangkat komputer dan modem sms, yang dapat mengirim dan menerima sms dalam jumlah besar dalam sekali waktu (ratusan sms per detik). Biasanya tekologi ini digunakan untuk polling atau kuis di televisi atau perbankan yang sering disebut dengan m-banking.

Pengembangan teknologi mobile saat ini sebenarnya lebih relevan untuk bisa diterapkan di masyarakat Indonesia. Karena bagaimanapun, pengguna internet kalah jauh dengan pengguna handphone. Untuk itu penerapan m-school sebenarnya bisa dijadikan alternatif yang cukup memungkinkan. Misalnya proses pendaftaran, informasi ujian, kegiatan sekolah, keluhan dan lain sebagainya.

Dukungan sistem m-school akan memungkinkan pihak sekolah mengirim informsi ke siswa atau wali murid, cukup dengan sekali kali kirim sms. Demikian juga, pihak siswa atau wali murid dapat setiap saat mengirim sms ke sekolah, tanpa harus takut tidak terbaca (misal kehapus atau penuh seperti di handphone). Karena semua akan ditampung ke dalam database. Sehingga setiap waktu dapat diperiksa oleh pihak sekolah.

Jika sms tersebut adalah keluhan atau informasi yang harus dibaca oleh pihak sekolah, maka sistem akan secara otomatis menyimpannya di data tertentu, hingga pihak-pihak tertentu saja yang bisa membaca. Sebaliknya, jika sms tersebut adalah berjenis permintaan data tertentu, misalnya nilai seorang siswa, maka sistem dapat secara otomatis memproses data yang diminta dan mengirim informasi kembali ke peminta dalam bentuk sms pula.

Sistem ini telah nyata bermanfaat untuk sistem pelaporan pendaftaran siswa di STAN (Sekolah Tinggi Akuntansi Negara). Dimana dengan pendaftar di berbagai penjuru tanah air, tentu akan sangat menyulitkan untuk memeriksa hasil ujiannya. Dengan aplikasi m-school mereka sangat terbantu karena dengan cukup berkirim sms, sudah bisa mengetahui apakah diterima atau tidak di sekolah tersebut.

Contoh smsnya : “No 12093123” ( Nomor ujian 12093123), akan dapat jawaban “Sdr Seger Hasani (no. 12093123), Anda dinyatakan lulus”.


Konsep Pengembangan Potensi Ekonomi Jamaah Al-Haromain

Mengembangan potensi (ekonomi) jamaah Al-Haromain
Oleh : Seger Hasani


Kita tahu bahwa jumlah jamaah Al-Haromain tidak bisa dibilang sedikit, baik yang aktif (aktivis) maupun yang tidak aktif. Berbagai macam latar belakang pendidikan dan sosial ekonomi menyebar di pelosok Nusantara, khususnya Jawa Timur. Dari tingkatan yang erat (baca :dekat dengan struktural), sampai simpatisan. Hal ini tentunya merupakan potensi yang sangat besar jika dapat dikelola dengan benar.

Sebenarnya, sedikit banyak sebuah jamaah atau kelompok, pengelolaan potensi-potensi yang ada di dalamnya adalah sangat penting. Karena akan terjadi akumulasi yang pada akhirnya dapat menjadi sesuatu yang sangat berguna bagi jamaah itu sendiri. Banyak potensi yang tersimpan di sana, seperti potensi keahlian, ekonomi, lokasi, umur dan lain sebagainya.

Salah satu potensi yang sangat penting adalah potensi ekonomi. Karena ekonomi sangat terkait dengan kesejahteraan. Dan kesejahteraan amat dekat dengan ketaqwaan, atau setidaknya menjauhkan dari kekafiran. Kesejahteraan akan membawa kemudahan dalam menuntut ilmu, yang merupakan awal terciptanya masyarakat berpendidikan.

Empat kelompok pelaku ekonomi

Dalam sebuah komunitas masyarakat, ada empat golongan ekonomi yang memiliki peran penting dalam roda perekonomian.

Pertama, kelompok pemilik unit-unit produksi seperti pemodal atau pemilik usaha (usahawan). Mereka adalah pelaku aktif ekonomi, yang melakukan kegiatan perdagangan, produksi, penyalur, penyedia jasa dan lain-lain. Mereka membutuhkan dua kelompok yang lain, yaitu kelompok tenaga kerja untuk menjalankan kegiatan mereka dan konsumen yang memakai produk mereka. Dari konsumen inilah pemodal akan memperoleh penghasilan yang akan dibagi dengan pekerjanya.

Kedua, kelompok tenaga kerja atau buruh. Kelompok ini membutuhkan usahawan untuk dapat bekerja, sehingga mereka memiliki penghasilan untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Kelompok ketiga adalah konsumen. Mereka adalah kelompok yang menggunakan barang atau jasa dari hasil produksi kelompok pertama. Setiap individu dalam sebuah komunitas masyarakat ekonomi adalah konsumen. Sekalipun usahawan, dia juga menjadi konsumen bagi usahawan yang lain.

Sedangkan kelompok terakhir, adalah kelompok penengah atau pemerintah. Pihak inilah yang mengkomunikasikan pihak-pihak yang terkait, menyediakan sarana dan prasarana bagi terciptanya roda perekonomian dan kehidupan. Seperti menyediakan sarana dan prasarana, atau lembaga untuk kepentingan pengembangan ekonomi masyarakat tersebut. Karena tidak melakukan kegiatan ekonomi produktif, pihak keempat ini melakukan pungutan atau pajak untuk menjalankan operasionalnya.

Ada sebagian masyarakat yang tidak berperan aktif dalam ekonomi, seperti ustadz, guru, polisi, tentara dan lain-lain. Mereka juga termasuk kelompok ketiga yang murni konsumen. Demikian juga dengan kelompok non produktif seperti anak jalanan, orang jompo, dan gepeng (gelandangan dan pengemis). Kehidupan ekonomi mereka adalah menjadi tanggung jawab masyarakat lain yang ditugaskan ke pada kelompok tersebut. Seperti juga masyarakat yang membebankan tugas-tugas pendidikan, agama, birokrasi, dan lain-lain kepada mereka.

Keberadaan kelompok-kelompok ini merupakan roda pengayuh bagi perputaran roda perekonomian.

Indikator ekonomi

Untuk mengukur baik tidaknya perputaran ekonomi di sebuah lingkungan (komunitas), bisa dilihat arus perputaran ekonominya. Jika mayoritas menjadi pemakai (konsumen), sementara unit-unit produksi dilakukan oleh pihak lain (diluar komunitas tersebut), maka bisa dipastikan ekonominya akan tertinggal. Hal ini terjadi karena arus keuangan lebih banyak keluar daripada masuknya.

Sebagai contoh, di kebanyakan pedesaan mayoritas penduduknya adalah berprofesi sebagai petani. Para petani tersebut biasanya mengandalkan lahan pertanian mereka sebagai sumber penghasilan. Sedangkan unit-unit produksi dan distribusi selainnya dilakukan oleh masyarakat tionghoa, atau didatangkan dari kota/luar desa. Dapat dibayangkan, arus pemasukan hanya akan berasal dari panen yang sangat rendah nilainya (karena harga gabah yang rendah), sementara arus keluar memiliki begitu banyak pintu kebutuhan, mulai sandang, pangan dan papan yang tidak ada batasnya. Sehingga, wajar saja jika penduduknya banyak yang miskin.

Inilah sebenarnya sebab inti dari keterbelakangan ekonomi yang dialami oleh sebagian besar ummat Islam. Keterbatasan unit-unit produksi yang kita miliki menyebabkan kita mengandalkan komunitas lain, yang tidak jarang itu dari kaum kuffar dan musuh-musuh Islam. Apalagi, karena kita tidak bisa membendung kebutuhan-kebutuhan tersebut. Akhirnya terpaksa harus membelinya.

Jamaah ~ Komunitas

Sebuah jamaah, seperti juga organisasi, partai politik, yayasan dan lain-lainnya adalah sebuah komunitas. Contoh komunitas kecil adalah keluarga, yang lebih besar bisa komunitas jamaah, komunitas suku, kewarganegaraan, agama, dan lain-lain.

Mengukur kekuatan atau melakukan pengembangan ekonomi dapat dilakukan berdasarkan komunitas tertentu. Hal ini karena dalam sebuah kelompok tersebut akan selalu ada empat kelompok seperti dijelaskan di paragraf atas. Seperti pemerintah mengembangkan ekonomi rakyatnya, bupati mengembangkan ekonomi masyarakat kabupatennya, dan seterusnya. Bisa juga pengembangan ekonomi yang dilakukan oleh organisasi atau lembaga seperti kesatuan masyarakat Tionghoa, jamaah Muhammadiyah, Pesantren Daarut Tauhid, dan lain sebagainya.

Dalam komunitas tersebut, kita bisa mengembangakan usaha-usaha produktif, menciptakan lapangan kerja, memasarkan produknya serta mengoptimalkan potensi-potensi yang ada dalam jamaah. Sehingga membuat arus modal/pendapatan tetap mengalir di lingkungan yang sama.

Inilah sebenarnya inti dari pengembangan ekonomi yaitu bagaimana memaksimalkan unit-unit produksi di kalangan internal komunitas, sehingga mampu mmenuhi kebutuhan sendiri. Lebih jauh lagi diusahakan bagaimana agar arus dari luar dapat masuk ke komunitas tersebut, seshingga ada arus modal yang masuk ke komunitas.

Strategi inilah yang banyak diterapkan oleh para konglomerat (di masa ORBA), hingga mereka bisa sangat kaya. Kita lihat saja konglomerasi yang dilakukan oleh Salim Group (di masa lalu). Pabrik aneka makanan, PT Indofood Sukses Makmur yang salah satunya memproduksi mie instan (Indomie, Sarimi, Supermi), bahan bakunya (tepung terigu) mereka produksi sendiri di bawah PT Bogasari Flour Mills, minyak gorengnya (Bimoly) juga diproduksi perusahaan sendiri (PT Intiboga Sejahtera), bahan baku minyak (kelapa sawit) juga milik sendiri, sampai dengan urusan keuangannya pun milik sendiri (BCA, dulu milik Salim Group). Sehingga keuntungan-keuntungan yang dinikmati perusahaan-perusahaan tersebut tetap mengalir ke kantong sendiri, hanya berbeda sumbernya. Belum lagi ditambah dengan hasil penjualan yang dilakukan ke masyarakat umum (komunitas lain).

Inilah pentingnya pengembangan, pengorganisasian dan optimalisasi potensi-potensi ekonomi dalam jamaah. Walau ekonomi bukan merupakan tujuan pokok dari pengembangan agama (dakwah), tapi merupakan pilar penting yang sangat besar dampaknya. Banyak kasus kemiskinan yang erat kaitannya dengan kristenisasi, tersendatnya dana dakwah, rendahnya pendidikan ummat, dan lain sebagainya yang merupakan akibat dari keterbelakangan ekonomi.

Peran Lembaga

Untuk mewujudkan pengembangan potensi ekonomi jamaah, yang paling tepat dan berwenang adalah lembaga yang menaungi jamaah itu sendiri. Dia dapat berperan sebagai penengah (seperti pemerintah) yang dapat menyediakan atau mengusahakan wadah, sarana dan prasarana untuk mengurusi pengembangan SDM dan potensi ekonomi jamaahnya.

Sesuai dengan tujuannya, lembaga tersebut setidaknya harus memiliki beberapa visi, tujuan atau tugas khusus, seperti :

1. Mendorong berdirinya usaha-usaha baru di kalangan jamaah. Organisasi dapat mengumpulkan informasi, memonitor, dan menganalisis peluang-peluang usaha yang bisa diciptakan. Membantu masalah pemodalan, manajemen maupun pemasarannya.
2. Membina, mengembangan, menguatkan bahkan mungkin mengevaluasi usaha-usaha jamaah yang sudah ada. Sehingga dapat menjadi usaha yang lebih profesional, berkembang dan diminati oleh konsumen.
3. Mengatur sistem perputaran ekonomi antar jamaah sehingga tercipta sebuah siklus yang dapat memberikan jaminan kelangsungan hidup bagi usaha jamaah. Hal ini dapat dilakukan dengan konsolidasi terus-menerus antar pemilik usaha dan jamaah agar dapat saling mendorong kemajuan masing-masing. Misalnya: untuk kebutuhan tertentu yang bisa dicukupi oleh kalangan internal jamaah, kalau bisa jamaah jangan membeli dari luar. Syukur jika kecukupan tersebut tidak saja dari sisi distribusi, tapi juga sisi produksi. Karena selain akan memberikan pendapatan produksi, juga dapat menciptakan lapangan kerja baru.
4. Mengusahakan pengalihan peran-peran ekonomi dari komunitas luar ke dalam komunitas. Organisasi dapat mendorong dan membantu jamaah agar dapat mengambil peran ekonomi yang selama ini didominasi pihak/komunitas lain, apakah dari segi distribusi atau produksi. Semakin banyak dan berkualitas peran ekonomi yang bisa diambil semakin baik. Karena akan semakin memperkokoh pondasi ekonomi jamaah yang bisa dibangun dari sana. Ketergantungan akan semakin kecil, dan kemandirian ummat akan semakin tercipta.
5. Mendorong terciptanya sistem ekonomi ummat yang profesional dan Islami.
Adanya lembaga yang menangani kegiatan-kegiatan ekonomi jamaah, setidaknya dapat mendorong terciptanya sistem ekonomi secara Islami. Karena, pembinaan dan pengawasan yang dilakukan oleh lembaga dakwah harus senantiasa dilandasi dengan semangat untuk mempratekkan ekonomi syariah yang diridloi oleh Allah. Sehingga otomatis juga akan mendidik masyarakat untuk menerapkan kegiatan ekonomi secara Islami.


Alternatif Wadah

Untuk mewujudkan beberapa hal di atas, ada beberapa bentuk alternatif wadah yang bisa didirikan, antara lain :

1. Koperasi

Koperasi dapat berperan dalam pengumpulan dana (modal) yang berbentuk simpanan dan juga penyaluran kredit usaha untuk anggota. Selain itu, koperasi juga dapat mendirikan usaha. Usaha ini didirikan bisa dengan alasan untuk mengembangkan dana anggota, mungkin juga karena tidak bisa didirikan oleh anggota dan harus didirikan (dibutuhkan keberadaanya), misalnya mini market. Agar, kebutuhan sehari-hari anggota dapat dipenuhi oleh internal jamaah.

Dengan koperasi, selain bisa menjadi lembaga pendanaan usaha, juga dapat mengurangi arus modal ke bank-bank konvensional. Sehingga selain mengurangi praktek riba, dana tersebut bisa digunakan untuk kalangan sendiri.

2. Holding

Holding adalah lembaga atau badan yang bertugas menghubungkan atau menjadi media komunikasi dan informasi antar pemilik usaha dalam jamaah, termasuk koperasi (jika ada). Selain itu, juga bertugas membuat perencanaan, program, dan segala bentuk usaha untuk mengembangkan dan mendorong berdirinya usaha-usaha baru/lama milik anggota jamaah.

Sifat holding disini adalah bersifat teamwork manajemen saja, jadi tidak memiliki modal tertentu untuk mendirikan usaha. Seluruh arus modal sedapat mungkin dari anggota dan untuk anggota. Holding harus dapat menjadi penengah yang dipercaya bagi pemodal maupun usaha sebagai pihak yang berkompeten menilai, mengevaluasi dan memberikan saran-saran atau keputusan untuk kemajuan ekonomi bersama.

Jika ada dana kompensasi (operasional) yang tersisa, sedapat mungkin digunakan untuk urusan-urusan sosial seperti pembinaan UKM, beasiswa, santunan dan lain sebagainya. Tidak langsung bersifat produktif, tapi tetap mendukung pengembangan SDM agar menjadi produktif.

3. Usaha Yayasan

Yayasah, sebagai pihak yang memiliki aset, juga berhak menjadi anggota holding dan mendirikan usaha seperti juga individu. Namun, keanggotaannya harus tetap dianggap sebagai pihak individu yang harus netral dari segi hak maupun kewajiban.


Demikian ulasan tentang konsep pengembangan ekonomi jamaah Al-Haromain. Semoga dapat menjadi sebuah solusi yang dapat segera ditindaklanjuti. Sehingga kesejahteraan ummat khususnya dalam linkungan jamaah akan dapat ditingkatkan lagi.